Selamat Tinggal KA Parahyangan

BANDUNG - Sore kemarin, Agus Suherlan,29, tampak lebih rapi dibandingkan hari-hari sebelumnya dalam menjalankan tugas sebagai masinis. Dia sengaja membawa seluruh perlengkapan kerjanya, dari jas hingga topi khas masinis.Agus melakukan itu demi menyambut perjalanan terakhir KA Parahyangan dari Bandung menuju Jakarta yang dia kemudikan. "Ini sebuah kebanggaan bagi saya, tapi juga sedih karena harus berpisah dengan KA Parahyangan," ujarnya.

KA Parahyangan diberangkatkan dari Bandung menuju Jakarta pukul 17.30 WIB.Agus bertugas di belakang kemudi KA legendaris itu sejak 2003 lalu. Namun sejak 2000 dia telah menjadi asisten masinis KA Parahyangan. Dia mengaku sangat dekat dan mencintai KA yang sudah beroperasi sejak 31 Juli 1971 itu. Dalam seminggu,Agus tiga kali berada di belakang kemudi KA Parahyangan.

Suka duka mengemudikan KA ini sudah banyak dia rasakan. Kini, sang legenda telah tiada dan Agus pun tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dia mengaku memiliki beberapa koleksi foto dengan KA Parahyangan dan akan dijadikannya obat penawar rindu atas kereta itu. Pada sore yang sama,satu rangkaian KA Parahyangan dari Bandung tiba di Stasiun Gambir Jakarta pukul 16.25 WIB.

Kedatangannya disambut beberapa warga masyarakat yang selama ini setia menggunakan kereta ini. Tidak lebih dari 150 penumpang dari Stasiun Gambir mengisi empat gerbong bisnis dan dua gerbong eksekutif KA Parahyangan menuju Bandung. Sekelompok orang dari sebuah perusahaan tampak mendapat kesempatan untuk mengikuti "railway trip Parahyangan terakhir". Kelompok ini menyatakan mereka adalah pelanggan KA Parahyangan.

Ketika kereta memasuki jalur 1 Stasiun Gambir, mereka menunjukkan kegembiraan dengan berteriak dan berfoto bersama di samping gerbong. Salah satu anggota kelompok yang menyebut diri mereka sebagai pencinta KA Parahyangan ini malah menggantungkan papan di dadanya yang bertuliskan "Selamat Tinggal Kereta Api Parahyangan Tersayang.39 Tahun Sudah Engkau Menemani Kami". Salah satu anggota kelompok itu, Ida, 45,berusaha gembira meski sedih karena sore itu adalah hari terakhir dia menggunakan KA Parahyangan.

"Sedih juga sih.Tapi gimana lagi.Masyarakat sudah banyak beralih ke travel. Padahal, naik kereta pemandangannya lebih bagus daripada naik travel lewat jalan tol,"ujarnya. Berakhirnya perjalanan KA Parahyangan juga mengharukan staf yang telah bekerja di kereta ini selama puluhan tahun seperti diungkapkan Kepala Restorasi KA Parahyangan Nana Carwana. Nana yang bekerja sejak 1979 mengaku pasrah dengan keputusan diberhentikannya operasionalkeretatersebut.

Kondektur KA Parahyangan Ateng Surjana, 55, yang bekerja sejak 1980 juga menyayangkan penghentian kereta tersebut."Ya memang ada penurunan (penumpang) sejak dibukanya jalur (tol) Cipularang dan Purbaleunyi. Sebelum ada jalan itu, penumpang masih banyak,"cerita Ateng. Keputusan menghentikan operasional KA Parahyangan terpaksa dilakukan PT KA Daop 2 Bandung karena kereta ini terus merugi sejak adanya tol Cipularang dan tol Purbaleunyi.

Tingkat okupansinya hanya 50_60%.Pada 2009 lalu KA Parahyangan mengalami kerugian hingga Rp36 miliar dan setiap tahun kondisinya sama. Di sisi lain,tingkat okupansi penumpang KA Parahyangan pada hari terakhir dari Bandung ke Jakarta meningkat. Kepala Humas PT KA Daop 2 Bandung Bambang Setyo Prayitno mengatakan, ratarata keberangkatan KA Parahyangan sejak pagi hingga sore kemarin melonjak hingga 50%.

Lonjakan itu akibat antusiasme masyarakat yang ingin mengabadikan perjalanan KA legendaris ini. Secara keseluruhan,jumlah penumpang mencapai 1.872 orang atau naik 194 orang jika dibandingkan kondisi Senin pekan sebelumnya sebanyak 1.678 penumpang. PT KA selanjutnya akan meluncurkan KA Argo Parahyangan yang merupakan peleburan KA Parahyangan dan KA Argo Gede.

Sementara itu, hari terakhir operasional KA Parahyangan dimanfaatkan Hermawan, 44, penumpang yang ingin mengabadikan perjalanan terakhir KA legendaris ini bersama istrinya. Pengalaman itu merupakan yang pertama dan terakhir baginya. "Saya biasanya menggunakan bus atau travel jika ke Jakarta. Saya ingin mencobanya sebelum berhenti dioperasikan,"kata dia.

Di belakang kemudi, masinis Agus Suherlan dengan sengaja membunyikan klakson tanda kereta mulai berjalan menuju Jakarta. Suara klakson dan deru lokomotif KA Parahyangan sore itu sekaligus menjadi penanda pensiunnya sebuah sejarah panjang kereta api di bumi Jawa Barat. Selamat tinggal KA Parahyangan. (frd)